Problem terbesar bagi petani lele adalah harga pakan yang mahal dan harga jual yang murah.
Asep tidak bisa terima dengan kebijakan
pemerintah mengimpor lele dari Malaysia. Meski impor itu ditujukan
untuk kawasan Kepulauan Riau, sementara Asep berdomisili di Parung,
Jawa Barat, dia tetap merasa jengkel dan marah ketika mendengar
berita bahwa impor lele dari Malaysia sekitar 60 ton per tahun.
Berita itu dia ketahui dari media massa
yang mengungkapkan impor ikan lele dilakukan, karena harga lele yang
dipasok dari Pulau Jawa ke Provinsi Kepulauan Riau lebih mahal
dibandingkan dengan pasokan dari Malaysia.
Ini seperti yang
diungkapkan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Djasarmen
Purba, berdasarkan temuan hasil kunjungan kerja Komite II DPD ke
Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau beberapa waktu lalu.
"Kenapa nggak memberdayakan petani dalam negeri saja? Itu
kan sama saja membunuh petani lele," ujar Asep (34) kepada SH,
Jumat (7/9). Siang yang panas tidak dihiraukannya. Pria yang masih
hidup membujang ini tetap meladeni pertanyaan SH sambil menyablon
baju kaus pesanan.
Gelar sarjana komunikasi
ditinggalkannya karena dia kini lebih tertarik dengan dunia bisnis.
Namun di saat musim kemarau macam sekarang, bisnis perikanan
ditinggalkannya untuk sementara waktu dan beralih menjadi penyablon
baju kaus, poster, dan lain-lain. Sementara petani-petani ikan lain
di kawasan Parung yang kurang berpendidikan kebanyakan beralih
pekerjaan menjadi kuli proyek.
Para petani kecil dan sarjana seperti
Asep akan kembali menjadi petani ikan setelah hujan mulai membasahi
lahan mereka di Desa Poktua, Kecamatan Kemang, Parung, Bogor, Jawa
Barat. Asep memilih menjadi petani ikan khususnya lele, karena pada
awalnya mengira penghasilannya besar.
Sebelumnya ketika sedang survei
untuk memulai usaha secara mandiri, dia melihat banyak orang yang
memelihara lele dan banyak pula warung pecel lele di pinggir jalan,
malah ada pula rumah makan lele yang laris manis.
Dia juga memilih lokasi usaha di Parung
karena Parung menjadi daerah sentra produksi berbagai jenis ikan,
seperti lele, gurami, nila, mas, dan patin. Untuk lele saja, di
seluruh Parung bisa menyediakan sekitar 5 ton lele per hari. Angka 5
ton itu diperoleh SH dari Acong, pedagang pengumpul ikan di Parung.
Di dunia perikanan dikenal istilah petani ikan, lalu pedagang
perantara, serta pedagang pengumpul.
Petani biasanya menjual ikan hasil
produksinya kepada pedagang perantara atau ada yang menyebutnya
tengkulak.
Kemudian pedagang perantara menjualnya lagi ke pedagang
pengumpul atau pengepul semacam Acong. Asep tak tahu apakah lele
hasil produksinya termasuk yang akhirnya dibeli oleh Acong. "Saya
hanya tahu lele saya dibeli murah oleh tengkulak," ujar Asep
sambil mengusap wajahnya.
Banyak Kendala
Setelah menjalani pekerjaan sebagai
petani lele, ternyata antara teori yang dipelajarinya dari buku-buku
dan belajar secara langsung dari petani ikan dengan kenyataan jauh
berbeda.
Secara teori, lele memang sudah bisa dipanen setelah umurnya
60 hari. Tapi ternyata harga pakannya mahal. Untuk 1 kilogram pelet
harganya sudah sekitar Rp 7.000.
Asep memang sudah mencoba mengganti
pelet dengan pakan alternatif, seperti usus ayam yang harganya hanya
Rp 2.000 per kilogram, serta nasi sisa atau nasi bekas dari
restoran-restoran yang bisa diperoleh secara gratis.
Tapi nyatanya
dengan pakan alternatif itu, saat ditimbang berat badan lele lebih
ringan dibandingkan dengan jika makan pelet. Selisihnya bisa sekitar
30 persen.
Problem lain muncul kalau terlambat
memberi makan lele. Karena jika kelaparan lele yang kecil akan
dimakan oleh lele yang besar. Ini sesuai dengan sifat lele yang
kanibal. Persoalan masih bertambah, karena harga jual lele murah.
Satu kilogram lele dijual Rp 12.000, berisi 7-8 ekor. Ini sangat
tidak sesuai dengan FCR ikan lele.
Menurut Asep, FCR atau Food Coeficient
Ratio adalah perbandingan antara 1 kilogram pakan dengan 1 kilogram
daging lele adalah 2:1.
"Makanya nggak akan bisa untung, karena
2 kilogram pakan hanya menghasilkan 1 kilogram daging. Kalau 1
kilogram pakan harganya Rp 7.000 maka untuk 2 kilogram harganya Rp
14.000, padahal ini hanya menghasilkan 1 kilogram daging yang
harganya cuma Rp 12.000. Lha mana bisa untung?!" ujarnya.
Belum lagi ongkos tenaga kerja, harga
obat-obatan untuk lele, dan ongkos pemeliharaan kolam misalnya
galengan jebol, pipa pralon pecah, dan menggali tanah untuk
memperdalam kolam ikan setiap kali setelah panen. "Apalagi saat
ini tak ada air, gimana lele bisa hidup?" Asep menambahkan.
Matanya menerawang ke langit saat
mengatakan, "Kekeringan kan tidak hanya sekali ini terjadi tapi
sudah berkali-kali. Kenapa pemerintah tidak juga memperbaiki saluran
irigasi?"
“Coba saja lihat, kalau irigasi
lancar dan harga pakan murah, pasti pemerintah tak perlu impor lele.
Lha kalau pemerintah impor lele, bagaimana saya bisa jualan?”
sambung Asep.
Setahu Asep, berdasarkan berita yang
dia dapat dari media massa, harga impor lele lebih murah daripada
harga lokal. Ini dinilainya menunjukkan ketidakpedulian pemerintah
terhadap masyarakat. Pemerintah tidak pro rakyat tapi pro importir.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif
Cicip Sutardjo mengemukakan mahalnya ikan di beberapa wilayah
disebabkan oleh masalah distribusi dan beberapa wilayah tidak cocok
untuk budi daya ikan termasuk lele.
Kata menteri, pihaknya baru saja
menghentikan kegiatan impor empat perusahan di Jakarta karena telah
memasukkan lele konsumsi dari luar negeri.
Petani terpelajar seperti Asep tak mau
tahu apakah pemerintah serius menghentikan impor lele. Yang dia tahu,
ia dan para petani ikan lainnya semakin hidup kembang-kempis. Kalau
kendala yang dia hadapi dibiarkan terus terjadi maka petani ikan bisa
jadi tidak mau memproduksi lele lagi.
Sementara mencari pekerjaan
lain sebagai gantinya tidaklah mudah. Jadi bisa dibayangkan bagaimana
akibatnya nanti. Jangan sampai kejahatan merajalela, karena desakan
kebutuhan perut tak bisa ditahan-tahan.
Sumber : Sinar Harapan
SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
BalasHapusDEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG GAIB
3.JUAL TUYUL MEMEK
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<