بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Selasa, 28 Mei 2013

Budidaya cacing sutra






Habitat
Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0-4 cm dengan perincian dibagi menjadi kedalaman 2-4cm
Nah seperti hewan air lain maka air memegang peranan penting buat kelangsungan hidup nich cacing. Nach langsung aja parameter optimal
pH : 5,5 -8,0
Suhu : 25-28 C
DO(oksigen terlarut) : 2,5-7,0 ppm
Amoniak : < 3,6 (kalau ampe lebih tuch cacing bakal ko’it)

Makanan
Nach karena dia makluk hidup dia juga butuh makan? Makanannya tuch bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makannya dia telen makanan bareng sama sedimennya sekalian antar dalam tubuhnya dia punya mekanisme buat misahin sedimen ma makanan yang dia butuhin

Persiapan Alat dan Bahan

1.    Pemupukan
Nah sekarang ane mau cerita cara bikin pupuknya. Ane jelasin aja step by stepnya?
a.       Pertama ente cari dah tuch yang mananya peternakan ayam. Ente beli yang namanya tokai ayam kalau ane dapet dari peternakan di Fakultas peternakan IPB dan itu gratis trus ente jemur 6 jam.
b.      Trus Ente cari bakteri yang buat fermentasi tuch Tokai namanya (EM4) ente coba aja cari di toko pertanian atau toko peternakan atau balai peternakan,
c.       Ente aktifin dulu tuch bakteri caranya ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300ml air trus ente diamkan bentar aja 2 jam aja cukup
d.      Trus ente campur cairan itu ke 10 kg tokai yang dah di jemur tadi – inget ya ngaduknya harus rata
e.       Trus masukin ke wadah yang ketutup rapet selama 5 hari baru ente gunain
Kalau ente tanya ama ane kenapa harus fermentasi segala?
Ane jawab : kerena dengan fermetasi maka kandungan N-organik dan C-organik bakal naek sampai 2 kali lipat

2.    Wadah
Wadah yang dipake berukuran 80 x 20 x 15 (PxLxT) ente bisa bikin tuch wadah dari kolam, plastik, terpal, dll. Pokoknya kreatif dikit lah!!!
Cara Kerja
1.      Persiapan Wadah
Wadah diisi lumpur sebanyak 3 liter (3,7kg) sama pupuk tokai 3 liter juga (3kg) diaduk aduk ampe rata trus di sebar supaya tingginya 4 cm aja
2.      Pemasukan Air
Masukin air sampai tingginya 2 cm dari subtrat trus diemin 10 hari dan biarin bakteri yang bekerja tapi jangan lupa ama yang namanya aerasi + kalau bisa di kasih aliran air gitu.
3.      Penebaran Cacing
Setelah 10 hari ente tebar tuch cacing ke wadah. Caranya ane dibagi aja tuch gerombolan cacing jadi grombolan grombolan kecil trus baru tebar!!!
ini cacing cuma butuh waktu 10 hari aja loh buat dipanen makanya ane heran ko harganya mahal
Nah tuch cacing ente pelihara aja gitu terus trus ente ambilin aja pas ente butuh jangan lupa kasih makan tokai setiap 5 hari sekali sebanyak 1 kg
Kalau ga ente ambil maka setelah hari ke 40 maka populasi tuch cacing bakal berkurang sendiri akibat persaingan sama keracunan amoniak
Trus sebaiknya kalau ente mau ngambil cacing ambilah yang dibagian bawah karena tuch cacing udah dewasa dan dari pada jadi tua lapuk trus mokat mendingan ente panen aja kan buat makan ikan ente


sumber:http://www.kaskus.co.id/

Senin, 20 Mei 2013

Cara Pemberian Pakan Lele



Mengetahui tata cara pemberian pakan pelet merupakan hal yang  penting dan berpengaruh sangat besar dalam kesuksesan produksi budidaya ternak lele. Sebaliknya, kesalahan dalam tata cara pemberian pakan lele dapat berakibat buruk, dari benih atau bibit lele yang mudah terserang penyakit sampai kondisi yang paling fatal yaitu kematian pada ikan lele yang dibudidayakan. Banyaknya keluhan dari para pengusaha ternak atau budidaya lele tentang penyakit yang menjangkit lele peliharaan mereka sebagian besar diakibatkan dari kurang atau mungkin sama sekali belum mengetahui tentang tata cara pemberian pakan lele yang baik dan benar, adapun tata cara pemberian pakan lele dapat dibagi menjadi :
1.    Waktu Pemberian Pakan
2.    Persiapan Pemberian Pakan
3.    Cara Memberikan Pakan
Tata cara pemberian pakan lele pada segmen pembenihan dan pembesaran tidak terlalu banyak perbedaan, perbedaan paling mendasar hanya pada pakan alami dan pakan tambahan. Pada segmen pembenihan ada pemberian pakan alami berupa cacing sutera pada saat larva berumur lima hari, sementara pada segmen pembesaran jarang sekali ada pembudidaya yang meberikan cacing sutera, sementara pada segmen pembesaran, pemberian pakan tambahan berupa ayam tiren, ikan runcah dan lainnya. Kita akan coba menjelaskan satu persatu dari ketiga bagian tata cara pemberian pakan lele.
1.     Waktu Pemberian Pakan
Dalam tata cara pemberian pakan lele, mengetahui waktu pemberian pakan merupakan hal yang sangat penting, selain harus mengatur waktu pemberian pakan lele sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, baik yang menggunakan tiga kali sehari atau lima sampai dengan enam kali sehari (Setiap 3 jam). Yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah pemberian pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi, atau lebih jelasnya, jangan memberikan pakan pada lele sebelum jam sembilan pagi. Kenapa demikian? Berdasarkan penelitian pada waktu pagi sebelum jam sembilan, permukaan air kolam masih tercemar oleh zat-zat yang merugikan yang dibawa oleh udara, jadi jika kita memberikan pakan pada saat yang terlalu pagi, maka pakan akan bercampur dengan zat-zat tersebut sehingga menjadi racun dan berbahaya bagi kesehatan ikan. Dengan menunggu hingga jam sembilan, diharapkan sudah cukup waktu  untuk zat-zat tersebut menguap karena disinari oleh matahari. Adapun penyakit yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan memberikan pakan yang terlalu pagi adalah radang insang, diakibatkan oleh parasit karena ikan memakan pakan yang telah tercemar oleh zat-zat yang merugikan.
2.    Persiapan Pemberian Pakan
Walaupun terlihat sepele, persiapan pemberian pakan juga merupakan faktor yang tidak bisa dilupakan dalam tata cara pemberian pakan lele. Persiapan pemberian pakan untuk pakan yang berbentuk pelet, sebaiknya para pengusaha ternak lele harus membiasakan membibis pakan pelet yang akan diberikan (kecuali pelet tenggelam), Bibis adalah proses membasahi pelet dengan air (dianjurkan dengan air hangat), gunanya agar pelet mengembang, sehingga ikan lele yang mempunyai sifat rakus tidak akan memakan pelet terlalu banyak atau berlebihan, jika kita memberikan pelet dalam kondisi kering, lele akan terus saja menyantap pelet dengan rakus, terlalu banyaknya lele menyantap pelet kering yang belum mengembang akan berakibat fatal, karena pelet-pelet tersebut akan mengembang dalam perut lele, kondisi ini akan berakibat buruk pada kesehatan lele bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Adapun tata cara pemberian pakan lele untuk pakan tambahan persiapannya adalah dengan cara mengolah atau membersihkan pakan tersebut dengan baik, misalnya jika kita membeli cacing sutera dari toko ikan atau pengepul, sebaiknya cacing-cacing tersebut dicuci atau dibilas sebelum disebar ke kolam. Atau jika kita menggunakan ayam tiren pada segmen pembesaran, sebaiknya ayam tersebut direbus, jangan dibakar, karena jika dengan proses membakar, biasanya yang matang/hangus hanya bagian kulitnya saja, sementara bagian dalamnya belum matang, sehingga masih terdapat zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan ikan, sementara jika prosesnya dilakukan dengan cara merebus, biasanya ayam tiren akan matang secara keseluruhan dan aman dikonsumsi oleh lele.
3.    Cara Memberikan Pakan
Cara memberikan pakan yang baik juga wajib diketahui oleh para pelaku usaha ternak lele agar tata cara pemberian pakan lele menjadi lengkap dan tepat guna.
a.    Cara memberikan pakan yang berbentuk pelet apung harus dilakukan dengan cara menyebar pelet menjadi tiga bagian, untuk mudahnya kita umpamakan tiga bagian kolam adalah ujung kanan, tengah dan ujung kiri, langkah pertama adalah sebar pelet secukupnya pada sisi ujung kanan kolam, setelah pelet habis, sebar lagi secukupnya pada sisi tengah kolam, setelah habis sebar lagi pada sisi ujung kiri kolam, lakukan proses tersebut sampai ikan lele kenyang, cirinya adalah terlihatnya beberapa butir pelet yang tersisa pada saat ditebar dipermukaan kolam. Metode pemberian pakan seperti ini dilakukan agar ikan lebih aktif bergerak, sehingga membantu pertumbuhan ikan, selain itu, dengan cara ini para pelaku usaha ternak lele juga dapat mengontrol tingkat responsif ikan lele.
b.    Untuk pelet tenggelam cara memberikannya berbeda, pelet tenggelam tidak disebar, melainkan hanya ditebarkan pada satu titik, sesuai namanya sifat pelet tenggelam akan tenggelam pada saat ditebar, jadi tebarkanlah sedikit-sedikit, karena lele termasuk ikan yang suka mengejar pakan yang bergerak, jadi dikhawatirkan pelet yang terlanjur tenggelam tidak akan dimakan, jika pada titik pemberian pakan pelet tenggelam respon ikan sudah nampak menurun, sebaiknya pemberian pakan dihentikan, ulangi dan lakukan lagi prosesnya pada setiap pemberian pakan pelet tenggelam.
c.    Pada segmen pembenihan, pakan alami seperti cacing sutera diberikan dengan cara disebar di sudut, di sisi dan di bagian tengah kolam, cacing sutera yang telah dibersihkan/dibilas lalu diambil seujung tangan kemudian diletakkan pada titik yang berbeda, tehnik ini sangat efektif karena larva lele yang berjumlah ribuan yang tersebar di seluruh bagian kolam akan rata mendapatkan makanan. Sementara pada segmen pembesaran, pemberian pakan tambahan seperti ayam tiren sebaiknya digantung, hal ini dilakukan agar meminimalisasikan sisa tulang yang berserakan pada dasar kolam, dengan cara seperti ini, tulang yang tersisa di tali gantungan dapat segera dibuang, sisa tulang yang berserakan bisa sangat berbahaya bagi pelaku ternak lele pada saat panen atau menguras kolam, karena bisa saja terinjak dan melukai kaki atau dapat merobek terpal bagi pengguna kolam terpal.

Semoga saja ulasan ini bermanfaat, diharapkan dengan diterapkannya cara pemberian pakan lele yang baik dan benar, para pelaku usaha ternak lele dapat mencegah resiko lele terserang penyakit atau kerugian lainnya, sehingga angka kematian lebih dapat diminimalisir dan dapat mencapai target produksi yang diinginkan, karena pada prinsipnya, mencegah itu sangat jauh lebih berguna dari pada mengobati, sukses untuk seluruh pengusaha ternak lele Indonesia,

Rabu, 15 Mei 2013

Fungsi dan Kegunaannya Garam Ikan (Krosok)

Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan akan lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang diberi perlakuan tersebut.

Fungsi Garam
Ikan , dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah “bocor” kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang.
Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya.
Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati.
Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.

Beberapa Keunggulan Garam Ikan
Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia.
Seperti disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya.
Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap saat pada waktu diperlukan.

Dosis dan Cara Pemberian
Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan.
Beberapa dosis penggunaan garam adalah:
  •  Sebagai profilaktik: Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1 – 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1 – 2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 – 0.2 persen. Sebelumnya garam disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah tersebut sesuai dengan dosis. Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam akuarium. Dosis sebagai “jamu” ini digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan. 
  • Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri. Untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi sedikit sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 – 48 jam. Jadi jangan diberikan sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress pada ikan yang bersangkutan. Pada awalnya konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 – 0.2 %. Kemudian secara teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam sekali. Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami stress, hentikan segera perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga konsentrasi garam turun ketingkat semula 
  • Untuk mengurangi pengaruh racun dari nitrit. dosis yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air. 
  • Untuk melepaskan lintah pada ikan Dapat dilakukan dengan merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan garam 2.5 %. Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu sendiri. 
  • Sebagai obat infeksi Piscinoodinium (Velvet). Pengobatan terhadap infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air. Atau 1 sendok teh per 4 liter air.
  • Perhitungan Untuk memberikan perlakuan garam yang tepat pertama kali harus diketahui volume air dari akuarium yang akan diberi perlakuan. Sebagai contoh apabila anda mempunyai akuarium dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm tapi diisi air setinggai 40 cm saja, maka volume airnya adalah 100 x 50 x 40 cm3 = 2.000.000 cm3 atau sama dengan 200 liter air atau sama dengan 200 kg. Apabila dosis garam yang diperlukan adalah 1 % maka garam yang diperlukan adalah 1 % (0.01) x 200 kg = 2 kg . Sedangkan bila dosis garam yang diperlukan adalah 0.1 % maka yang diperlukan adalah 0.1 % (0.001) x 200 kg = 0.2 kg atau kurang lebih 2 ons atau 200 gram. 

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu bahwa ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.

Modul Internal Budi Daya Lele Kolam Terpal

PEMBUKAAN
Banyak permintaan akan panduan dalam budidaya lele dan dengan banyak pertimbangan serta masukkan dari berbagai pihak yang sudah berpengalaman maka modul internal BUDIDAYA LELE ITU MUDAH SEDERHANA ini kami buat. Tentunya semua tidak lepas dari beberapa uji coba yang telah kami lakukan. Kami tidak menggunakan bahasa yang  rumit dan juga tidak setebal buku panduan yang lain tapi memberikan paparan yang mudah di aplikasi dan bahasa yang mudah di pahami. Mungkin cukup dengan sekali membaca kami yakin modul ini bisa di aplikasi dan tentunya memberikan tingkat keberhasilan yang besar dalam pola budidaya lele

LATAR BELAKANG
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia di semua daerah karena nilai jualnya yang menjanjikan. Menjamurnya pedagangpedagang pecel lele di pinggir jalan membuat lele menjadi kebutuhan pasar yang tinggi.

TINGKAT KEBUTUHAN LELE
Kota Bogor : 15 ton / hr, baru terpenuhi 7 ton/hari
Yogyakarta dsk : 20 ton /hr & menjadi rujukan harga untuk lele Boyolali
Jadetabek : + 85 ton / hari
Semarang : + 35 ton/hari, baru terpenuhi 15-20 ton/hari
Solo : + 15 ton/hari
Purwokerto/banyumas : + 20 ton/hari,baru terpenuhi 7-10 ton/hari

7 KUNCI SUKSES MENJADI PEMBUDIDAYA LELE YANG SUKSES
1. SDM (sumber daya manusia)
2. lokasi kolam
3. kontruksi kolam
4. manajemen air
5. kualitas benih lele
6. pakan
7. pengendalian penyakit/lingkungan

1.       SUMBER DAYA MANUSIA
Bekerja dengan antusias dan senantiasa disiplin merupakan kunci utama untuk menjadi seorang pembudidaya lele yang tangguh,janganlah merasa putus asa karena di balik itu terdapat keuntungan yang besar menanti. Selama masih mau belajar dan belajar semuanya akan mudah di kerjakan.

2.        LOKASI KOLAM
• DEKAT SUMBER AIR
Ini merupakan syarat mutlak dan wajib di penuhi,sangat berhubungan dengan berkelanjutannya sebuah usaha budidaya lele
• DEKAT RUMAH
Menghindari tingkat kejenuhan dalam kontrol kolam,jika jarak kolam dan rumah terlalu jauh timbul rasa malas untuk monitoring budidaya lele
• KEAMANAN
Keamanan harus terjamin,budidaya merupakan investasi yang luar biasa,akan sia-sia jika ketika menjelang panen banyak lele konsumsi di curi orang lain
• SISTEM CLUSTER
Ini merupakan sistem paling ideal,satu lokasi dengan banyak kolam dan banyak pemilik, bisa mengurangi rasa malas, lebih bersemangat dan dari segi keamanan lebih terjamin dan jalinan komunikasi lebih dinamis. 

3.      JENIS/KONTRUKSI KOLAM
KETINGGIAN TERPAL
Pembuangan air
SIPHONE
Saluran
Berambut padi
Fungsi berambut padi:
Sebagai penyimpan panas/menstabilkan suhu pada air kolam. Ketika cuaca panas maka akan berfungsi sebagai pelepas kalor. Ketika musim dingin akan berfungsi sebagai penghangat kolam

Catatan:
·   Lokasi kolam harus mendapatkan cahaya sinar matahari secara maksimal. Bila terhalangi oleh pohon mungkin bisa dipangkas atau dipotong supaya cahaya matahari bisa mengenai permukaan kolam.
·      Rangka kolam alangkah baiknya dari bambu.
·      Terpal dengan kualitas baik bisa awet sampai 3-5 tahun.

Sampai sini dulu gan kapan-kapan di sambung lagi...............